Jumat, 09 Maret 2012

Kesedihan Seorang Ibu



Dizaman dulu ada seorang yang dikenal oleh masyarakat sekelilingnya bahwa ia adalah seorang yang
baik. Pada suatu waktu ia ingin sekali pergi ke Mekkah Al-Mukarramah, namun orang tuanya tidak mengizinkannya pergi karena sayangnya kepada anaknyatersebut.
Anak itu, karena keinginannya yang sangat, maka pergilah ia dan tidak memperdulikan lagi larangan orang tuanya. Ketika ia berangkat, ibunya mengikuti dari belakang sambil menjerit-jerit, memanggil-manggilnya dan melarangnya jangan pergi, namun anaknya itu tetap bertekad berusaha meneruskan perjalanannya.

Melihat keadaan yang demikian, ibunyapun berdo’a dan bermunajat kepada Allah; “Wahai Tuhanku,
sungguh aku merasa sedih karena perginya anak itu, saya telah melarangnya namun ia tetap pergi, wahai tuhanku, sungguh kepergiannya menyedihkan saya ;wahai tuhanku, timpahkan atas dirinya suatu bencana”.

Dengan penuh rasa pedih dan sedih ibunya pulang kembali kerumahnya, sedang anaknya tersebut terus
berjalan dan sampailah ia pada suatu desa, dimana ia tidak mempunyai kenalan seorangpun di sana; oleh karenanya ia masuk di suatu masjid untuk istirahat dan ibadah.

Pada malam itu juga terjadi suatu pencurian di suatu rumah, tapi pencuri itu dapat dihalau dan dikejar oleh orang-orang yang ada disitu. Pencuri itu lari dan masuk ke masjid dimana orang yang akan pergi haji tadi sedang shalat. Ketika orang-orang mengejar pencuri tersebut sampai masjid, terlihat oleh mereka seorang tengah melakukan shalat, sedang pencuri yang dikejar telah menghilang.

Diantara orang-orang yang mengejar itu mengatakan: “Ini dia pencuri yang kita kejar itu, Dia berpura-pura shalat!”

Merekapun menangkapnya, dan menahan segala barang-barang yang ada padanya. Ia dibawa ke
tempat yang berwajib. Yang berwajib memutuskan suatu hukuman yaitu dipotong kedua tangannya, dan kedua kakinya serta dicukil kedua matanya. Hukuman itu dilaksanakan oleh petugas. Maka terpotonglah kedua tangannya, kedua kakinya dan melayanglah kedua biji matanya. Kemudian ia digiring keliling pasar serta diperintahkan untuk meneriakkan: “Beginilah ganjaran pencuri!”, tapi ia
enggan meneriakkan demikian itu sambil berkata: “Saya tidak akan teriakkan itu, tapi saya akan teriakkan, “beginilah pembalasan dan ganjaran orang yang ingin berthawaf di ka’bah/ berhaji di Makkah tanpa seizin orang tuanya”.

Dengan demikian petugas-petugas itupun barulah mengetahui bahwa orang itu bukan pencuri yang dikejar-kejar, tapi dia adalah seorang yang mendapat musibah dan bencana dari Allah akibat pelanggaran dan kedurhakaannya terhadap orang tuanya.

Merekapun mengembalikannya kepada orang tuanya. Ibunya yang sedang berada di tempat peribadatannya tiba-tiba mendengar suara anaknya yang sudah tidak dikenalnya itu berkata, “Wahai ibu!, saya musafir yang lapar, berilah saya sekedar
makanan”. Ibunya menjawab.”Masuklah dulu engkau ke pintu “. Jawabnya, “Saya tak dapat masuk karena saya tak berkaki lagi…”. Kata ibunya, “Kalau begitu ulurkan tanganmu!”. Jawabnya, “Saya tak
bertangan lagi……”. Kata ibunya, “Saya akan menyuapimu, tapi bagaimana, tidak boleh seorang wanita berhadapan dengan seorang lelaki yang bukan mahramnya”. Jawabnya, “Jangan kuatir! Karena saya tidak bermata lagi……”.

Ibunya yang sudah tidak mengenalnya itu mengambil sepotong roti dan segelas air, lalu
memberikannya. Tiba-tiba anak itu meletakkan wajahnya di telapak kaki ibunya, sambil ia berkata,”Sayalah anakmu……yang durhaka kepadamu”. Barulah ibunya sadar, bahwa orang itu adalah anaknya sendiri. Melihat anaknya sedemikian itu menangislah ia dengan terseduh-seduh seraya meminta dan memohon kepada Allah, “Wahai Tuhanku!. Matikanlah aku bersama anakku ini”.

Do’a ibu itu diterima dan dikabulkan oleh Allah, dan seketika itu juga matilah duanya.

Dari hikayat ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa musibah dan bencana yang tertimpa atas
diri orang tersebut adalah semuanya karena pelanggaran dan kedurhakaannya terhadap orang tuanya.

Dan kalau ini hanyalah karena kedurhakaan sekali, maka bagaimana kalau kedurhakaan itu berulang-ulang kali?

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua dari pada orang-orang yang taqwa kepada-Nya dan taat
kepada ayah bundanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar